Senin, 21 November 2011

PERENCANAAN KARANGAN ILMIAH

Karangan Ilmiah merupakan tulisan yang memuat artikel-artikel yang ditulis secara fakta , 
dari beberapa kesimpulan  , pengetahuan dan segala kondisi yang ada
.

TUJUAN
Tujuan pembuatan Penulisan Ilmiah adalah melatih mahasiswa untuk dapat menguraikan dan membahas suatu permasalahan secara  ilmiah dan dapat menuangkannya secara ilmiah dan menuangkannya secara teoritis, jelas dan sistematis.


ISI DAN MATERI
Isi dari Penulisan Ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek di bawah ini :
1.  Relevan dengan jurusan dari mahasiswa yang bersangkutan.
2.  Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3.  Masalah dibatasi, sesempit mungkin.


1.            Pendahuluan
Penulisan karangan ilmiah melibatkan tiga perencanaan:  isi, format dan teknik penulisan, serta bahasa.

2.                  Tahap Perencanaan Karangan Ilmiah

1.1 Perencanaan Isi
· Produk berpikir konseptual dan analitis
· Prinsip pengklasifikasian, pembagian, dan keruntutan
· Kaidah kelengkapan dan konsistensi.

1.2 Perencanaan Format dan Teknik Penulisan
· Standar (Universal)
· Lazim (Selingkung)
· Konvensional

1.3 Perencanaan Bahasa (Ragam Ilmiah)
· Nada formal dan objektif
· Lazim bertitik tolak orang ketiga dan kalimat pasif
· Gramatik konsisten
· Berbeda dengan ragam bahasa sastra dan bahasa keseharian
· Berada pada tingkat resmi, bukan tingkat keseharian (kolokial)
· Berbentuk wacana pemaparan (ekspositori)
· Pengungkapan dengan lengkap, jelas, ringkas, dan tepat.
· Terhindar dari unsur bahasa yang usang, kolot, dan basi.
· Terhindar dari ungkapan yang ekstrim dan emosional.
· Terhindar dari kata-kata yang mubazir.
· Sebagai alat komunikasi pikiran, bukan perasaan.
· Berukuran sedang dalam panjang kalimat.
· Lazim dilengkapi dengan gambar, diagram, peta, daftar, dan tabel.

Banyak penulis gagal dalam merealisasikan ragam ilmiah karena kesalahan pemilihan dan pembentukan kata, frase, klausa, kalimat, dan paragraf. Akibatnya ragam tidak memenuhi syarat dan ragam bahasa ilmiah yang tidak bergengsi.

2.   Pengembangan Gagasan ke dalam Bentuk Paragraf

· Syarat: utuh, padu, dan terkembang
· Komponen: gagasan dasar (kalimat topik) dan gaasan pengembang (kalimat pengembang)
· Gagasan pengembang: fakta, contoh, definisi, ilustrasi, kualifikasi, rincian, data statistik, analog, perbandingan, urutan kausalitas, dan urutan peristiwa
· Struktur: induktif, deduktif, dan kombinasi
· Pengungkapan visual: tabel, gambar, diagram, figurasi, poligon yang berfungsi sebagai supplemen pengungkapan verbal (dirujuk dalam teks). 

3.         Kaidah Tata Tulis Ilmiah
3.1 Kaidah Universal
· penggunaan ragam bahasa tulis ilmiah
· penggunaan bahasa yang baik dan benar
· penggunaan ejaan dan tanda baca
· penggunaan kata, lambang, peristilahan, kalimat, dan paragraf.

3.2 Kaidah Selingkung
· norma konvensi
· bisa berbeda satu lembaga dengan lembaga lain
· format pelaporan (pembagian bab) dan format-format penunjang yang lain: halaman sampul, judul, persetujuan, pengesahan, pelampiran.
· penulisan halaman sampul, halaman judul, penulisan judul dan subjudul, pengutipan, penulisan tabel, gambar, penulisan halaman, dan penulisan daftar pustaka.

3.2.1 Penulisan Judul, Judul Bab, dan Subbab
· Judul dan judul bab ditulis dengan huruf kapital semua
· Subjudul ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama tiap unsur kata
· Kata depan ditulis dengan huruf kecil semua (di, ke, dari, pada, untuk, bagi, yang)
· Huruf pertama pada perulangan (kedua) yang menjadi subjudul ditulis dengan huruf kecil (Faktor-faktor…, Sumber-sumber…)
· Penomoran bab menggunakan angka romawi: I, II, III, IV, dan V.
· Penomoran subjudul dapat menggunakan angka arab atau campuran huruf dan angka.

3.2.2 Penulisan Kutipan
Pengutipan dilakukan dengan menuliskan nama akhir, tahun, dan halaman sumber rujukan. Contoh: Menurut Soedardji (2003:11), …. Jika ada dua pengarang, pengutipan dilakukan dengan menyebut nama akhir kedua pengarang tersebut. Contoh: Menurut Chairul dan Agustin (1995:23), …. Jika pengarang lebih dari tiga, penulisan rujukan dilakukan dengan menulis nama akhir pengarang pertama diikuti dengan dkk. Contoh: Menurut Amry, dkk. (1989:215), …. Jika nama pengarang tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran. Contoh: Kompas (Minggu, 29 Februari 2004) menulis bahwa…. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan menulis nama pengarang asli. Menurut Rujukan dari dua sumber atau lebih oleh pengarang yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisah. Contoh: …… (Soedardjo, 2003:23; Chairul, 2003:19).

Rujukan dapat dibedakan menjadi rujukan langsung dan rujukan tidak
langsung. Rujukan langsung dibedakan menjadi rujukan langsung kurang dari 40 kata dan rujukan langsung lebih dari 40 kata. Kedua rujukan langsung tersebut penulisannya berbeda.

3.2.2.1 Rujukan Langsung
3.2.2.1.1 Rujukan Kurang dari 40 Kata
Rujukan langsung kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip (“…”) sebagai bagian terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama pengarang, tahun, dan nomor halaman. Nama pengarang dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung. Perhatikan contoh nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu berikut.

The Liang Gie (1994:62) merumuskan,”Membaca ragam sepintas ialah membaca secara cepat yang kadang-kadang disertai melompat-lompat terhadap suatu bacaan.”

Berikut contoh perujukan dengan cara nama pengarang disebut bersama dengan tahun dan nomor halaman.
Rumusan membaca ragam sepintas adalah, “Membaca secara cepat yang kadang-kadang disertai melompat-lompat terhadap suatu bacaan” (The, 1994:62). 

Jika dalam rujukan terdapat tanda kutip, digunakan tanda kutip tunggal (‘….’). Perhatikan contoh berikut!
“Dari kalangan yang kurang memahami manfaatnya yang sangat besar dan merata sering terlontar pertanyaan yang berbunyi ‘Buat apa sih buku-buku teks itu?’” (Tarigan & Tarigan, 1993:15).

3.2.2.1.2 Rujukan 40 Kata atau Lebih
Rujukan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks utama yang mendahului, dimulai pada ketukan keenam dari garis tepi sebelah kiri, dan diketik dengan spasi tunggal. Kemudian cantumkan nama akhir pengarang, tahun, dan halaman. Contoh:
Hairston (1981:44) menuliskan situasi ketika seseorang akan menulis,

Every time you begin a writing task, you are working in specific situation. You have a topic, you are going to write about, you have a person or persons who will read or listen to what you have written, and you have a reason for writing.


Jika ada sebagian rujukan langsung dihilangkan, kata-kata yang dihilangkan tersebut diganti dengan tiga titik (…). Jika yang dihilangkan banyak, bagian tersebut diganti dengan tanda titik satu baris halaman. Perhatikan contoh berikut ini! 
Marwoto (2001:33) menyatakan,”Filsafat harus menjadi teoretis, demikian tampaknya gagasan Marcuse. Sebagai seorang neomarxis,…, gagasannya ini menyimpang dari apa yang diyakini Karl Marz, filsafat harus menjadi praksis.”

Marwoto (2001:35) mengutip pendapat Marcuse tentang seni,”Marcuse mengatakan ada dua karakter dari seni klasik. Sebagai bagian dari kebudayaan yang mapan, seni itu afirmatif, meneruskan kebudayaan yang ada. Sebagai alienasi dari realitas yang mapan, seni mempunyai kekuatan menegasi. .…”

3.2.2 Rujukan Tidak Langsung
Rujukan tidak langsung adalah rujukan yang dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri. Perujukannya ditulis tanpa tanda kutip dalam spasi rangkap dan terpadu dengan teks utama, kemudian dituliskan pula nama akhir pengarang, tahun, dan nomor halaman.

Contoh penulisan rujukan tidak langsung dengan nama pengarang terpadu dalam teks utama:
Rofiqi (2001:50) berpendapat bahwa kesusastraan merupakan industri, suatu model produksi sosial.

Contoh penulisan rujukan tidak langsung dengan penulisan nama pengarang dan tahun di dalam kurung:
Kesusastraan merupakan industri, suatu model produksi sosial (Rofiqi, 2001:50). 

3.2.3 Penyajian Tabel dan Gambar
· Tabel
· Tujuan:
a. Mensistematisasikan data statistik
b. Memfasilitasi pemahaman dan penafsiran data
c. Memfasilitasi pencarian hubungan antardata

· Prinsip penyajian tabel:
a. Tampilan sederhana dan jelas
b. Jika tampilan >1/2 halaman disajikan pada halaman tersendiri.
c. Jika tampilan <1/2 halaman diintegrasikan dalam teks
d. Diberikan identitas (nomor dan nama)
e. Jika lebih dari satu halaman, bagian kepala tabel diulang pada halaman berikutnya dan diberikan tulisa Lanjutan Tabel pada tepi kiri halaman berikutnya.
f. Setiap huruf pertama nama tabel ditulis kapital, kecuali kata depan.
g. Kata Tabel ditulis mulai tepi kiri, diikuti nomor dan nama tabel.
h. Jika nama tebel lebih dari satu baris, baris kedua dst. dimulai sejajar dengan huruf awal baru.
i. Judul tabel tidak diakhiri dengan tanda baca
j. Berikan jarak tiga spasi antara teks sebelum dan sesudah tabel
k. Nomor tabel dimulai dari nomor 1
l. Garis paling atas tebel dimulai tiga spasi di bawah nama tebel.
m. Penulisan nomor, persen, dan frekuensi dengan singkatan.
n. Garis horizontal perlu dibuiat, tetapi garis vertical kanan, tengah, dan kiri tidak perlu
o. Tabel kutipan perlu disebutkan sumber.

· Gambar
· Yang termasuk gambar: foto, grafik, peta, sket, dan diagram
· Tujuan penggunaan gambar:
a. Visualisasi data/pernyataan kualitatif
b. Visualisasi hubungan antarvariabel
c. Penyajian data statistik dengan grafik

· Prinsip penyajian gambar:
a. Judul gambar di bawah presentasi gambar
b. Cara penulisan nama gambar sama dengan penulisan tabel
c. Gambar harus jelas dan komunikatif
d. Gambar >1 halaman disajikan dalam halaman tersendiri
e. Penyebutan adanya gambar seharusnya sebelum adanya gambar
f. Gambar diacu dengan nomor dan nama gambar
g. Penomoran gambar dengan angka Arab

· Petunjuk praktis penulisan
a. Jarak antara gambar/tabel dengan teks sebelum atau sesudahnya tiga spasi.
b. Judul tabel/gambar diketik satu halaman dengan tabel atau gambarnya.
c. Tepi kanan teks tidak harus rata.
d. Tempatkan nomor halaman di tepi kanan atas, kecuali halaman di awal bab ditempatkan di tengah bawah.
e. Nama pengarang yang ada pada teks (yang dikutip) harus sama dengan nama yang ada pada daftar pustaka.
f. Nama awal dan tengah pengarang dapat disingkat atau ditulis sempurna, asal taat asas dalam satu daftar.


3.2.4 Penulisan Daftar Pustaka
· buku
· buku kumpulan artikel (ada editornya)
· artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editornya)
· artikel jurnal
· artikel majalah/Koran
· dokumen resmi pemerintah
· karya terjemahan
· skripsi, tesis, disertasi,
· makalah yang disajikan
· internet

Pada dasarnya, unsur yang dituliskan dalam daftar pustaka meliputi: (1) nama pengarang (ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik), (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Setiap unsur tersebut diakhiri dengan tanda titik (.), kecuali antara kota tempat penerbit dan nama penerbit yang dipisahkan dengan tanda titik dua.

3.2.4.1 Pustaka dari Buku 
Tahun penerbitan ditulis setelah nama pengarang diakhiri dengan tanda titik, judul digarisbawahi per kata atau dicetak miring, dengan huruf besar pada awal kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan tanda titik dua. Baris pertama dimulai dari margin kiri, baris kedua, dan seterusnya masuk enam ketuk. Jarak antara baris dalam satu rujukan satu spasi, jarak antara rujukan yang satu ke yang lain dua spasi. 

Hairston, Maxine C. 1981. Succesful Writing: A Rhetoric for Advanced Composition. New York: W.W. Norton & Co.

Jika Anda menggunakan beberapa buku oleh pengarang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama, penulisannya adalah tahun penerbitan diikuti dengan huruf a, b, c, dan seterusnya.
Cornet, L. & K. Weeks. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse.
Cornet, L. & K. Weeks. 1985b. Planning Career Ladders: Lessons from the States. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse. 

3.2.4.2 Pustaka dari Buku yang Berisi Artikel (Ada Editornya)
Cara menuliskannya sama dengan rujukan dari buku hanya ditambah dengan tulisan (Ed.) jika hanya satu editor dan (Eds.) jika lebih dari satu editor. (Ed.) atau (Eds.) tersebut ditempatkan di antara nama pengarang dan tahun penerbitan.
Maurice, Catherine dan Masyita, Dewi. (Eds.). 1996. Behavioral Intervention for Young Children with Autism: A Manual for Parents and Professionals. Austin, Texas: 8700 Shoal Creek Boulevard.

Mintowati, Maria (Ed.). 1990. Butir-Butir Pemerolehan Bahasa Kedua. Surabaya: Nasional.


3.2.4.3 Pustaka dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Nama pengarang artikel ditulis di depan, diikuti tahun penerbitan. Judul artikel diapit tanda kutip, tidak perlu dicetak miring atau digarisbawahi per kata. Nama editor ditulis seperti urutan yang sebenarnya, diberi keterangan (Ed.) atau (Eds.) Judul buku yang berisi kumpulan artikel dicetak miring atau digarisbawahi per kata, nomor halaman dituliskan dalam kurung.
Loovas, O. Ivar. 1996. “The UCLA Young Autism Model of Service Delivery” dalam Catherine Mauricea dan Dewi Masyita. (Eds.), Behavioral Intervention for Young Children with Autism (hlm. 241—248). Austin, Texas: 8700 Shoal Creek Boulevard.


3.2.4.4. Pustaka Artikel dalam Jurnal 
Nama penulis ditulis, diikuti tahun. Judul artikel diapit tanda kutip, judul jurnal dicetak miring atau digarisbawahi. Berikutnya jurnal tahun ke berapa, nomor berapa, dan halaman berapa.
Marwoto, Y. 2001. “Seni dan Subversi” dalam Basis, Nomor 09-10, Tahun ke-50, September-Oktober, (hlm.32—37).


3.2.4.5 Pustaka dari Artikel dalam Koran atau Majalah
Nama pengarang ditulis paling depan, dikuti tahun, tanggal, dan bulan. Judul artikel ditulis di antara tanda kutip, nama koran atau majalah dicetak miring atau digarisbawahi per kata.
Hidayat, Dedy N. 2004. “Amerikanisasi Industri Kampanye Pemilu” dalam Kompas, Rabu, 11 Februari, (hlm. 4).

Hidayat, Dedy N. 2004. “Amerikanisasi Industri Kampanye Pemilu” dalam Kompas, Rabu, 11 Februari, (hlm. 4).

3.2.4.6 Pustaka dari Koran Tanpa Pengarang
Nama koran ditulis paling depan, dicetak miring atau digarisbawahi, tahun diikuti tanggal dan bulan, kemudian judul artikel diapit tanda kutip dan nomor halaman.
Kompas. 2004, 11 Februari. “Makro-Ekonomi Mendekati 1997”. (hlm. 25).

3.2.4.7 Pustaka Berupa Karya Terjemahan
Nama pengarang asli ditulis, diikuti tahun, judul terjemahan, nama penerjemah, tempat penerbit, nama penerbit.
Ary, D., L.C. Jacobs, & A. Razavieh. 1982. Pengantar Penelitian Pendidikan. (Penerjemah: Arief Furchan). Surabaya: Usaha Nasional.

3.2.4.8 Pustaka Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Penulisan rujukan ini adalah nama penyusun, diikuti tahun, judul disertai pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota, nama fakultas serta nama perguruan tinggi. Perhatikan contoh berikut ini.
Suhartono. 2005. Implikatur Percakapan dalam Tuturan Berbahasa Indonesia Lisan Formal Warga Masyarakat Tutur Mojokerto. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

3.2.4.9 Pustaka Berupa Makalah dalam Seminar
Penulisannya adalah nama pengarang, tahun, judul makalah, kemudian diikuti pernyataan “Makalah disajikan dalam…, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, dan tempat penyelenggara.”
Sudikan, Setya Yuwana. 2004. “Pendekatan Kontesktual dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra: Perspektif Pluralisme Budaya”. Makalah disajikan pada Seminar Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas egeri Surabaya, 17 Februari.

Yang perlu Anda perhatikan lagi adalah sumber rujukan yang ditulis sesuai dengan kaidah di depan harus Anda urutkan dalam abjad (setelah nama akhir pengarang ditulis paling depan, kecuali nama Cina), tanpa dinomori. Dari sejumlah contoh tadi, beginilah daftar rujukannya.

Daftar Pustaka
Ary, D., L.C. Jacobs, & A. Razavieh. 1982. Pengantar Penelitian Pendidikan. (Penerjemah: Arief Furchan). Surabaya: Usaha Nasional.

Cornet, L. & K. Weeks. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues—1985. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. & K. Weeks. 1985b. Planning Career Ladders: Lessons from the States. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse. 




3.2.6 Format dan Sistematika Penulisan
Sistematika
Alternatif Pertama
· Judul bab ditulis dengan huruf kapital semua dengan ditempatkan di tengah.
· Peringkat ke-1 ditandai dengan angka 2 digit yang dipisahkan oleh tanda titik, tetapi tidak diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbabini ditulis dengan huruf kapital dan kecil dan tebal
· Peringkat ke-2 ditandai dengan angka 3 digit yang dipisahkan oleh tanda titik, tetapi tidak diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbab ini ditulis dengan huruf kapital dan kecil dan tebal.
· Peringkat ke-3 ditandai dengan angka 4 digit yang dipisahkan oleh tanda titik, tetapi tidak diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbabini ditulis dengan huruf kapital dan kecil dan tebal.
· Peringkat ke-4 ditandai dengan angka 5 digit yang dipisahkan oleh tanda titik, tetapi tidak diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbabini ditulis dengan huruf kapital dan kecil dan tebal.

Alternatif Kedua
· Judul bab ditulis dengan huruf kapital semua dengan ditempatkan di tengah.
· Peringkat ke-1 ditandai dengan huruf kapital (A, B, C, dan seterusnya) memakai titik dan ditulis dari tepi kiri; ditulis dengan huruf kapital dan kecil; serta dicetak tebal.
· Peringkat ke-2 ditandai dengan angka (1, 2, 3, dan seterusnya) yang diakhiri dengan titikdan dimulai dari tepi kiri; ditulis dengan huruf kapital dan kecil; serta dicetak tebal.
· Peringkat ke-3 ditandai dengan huruf kecil (a, b, c, dan seterusnya) yang diakhiri oleh tanda titik dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbabini ditulis dengan huruf kapital dan kecil serta dicetak tebal.
· Peringkat ke-4 ditandai dengan angka dalam kurung tutup ( 1), 2), 3) dan seterusnya) yang diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbabini ditulis dengan huruf kapital dan kecil serta dicetak tebal.
· Peringkat ke-5 ditandai dengan huruf kecil dalam kurung tutup ( a), b), c) dan seterusnya) yang diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbab ini ditulis dengan huruf kapital dan kecil serta dicetak tebal.
· Peringkat ke-6 ditandai dengan angka dalam kurung buka dan kurung tutup ( (1), (2), (3) dan seterusnya) yang diakhiri dengan titik, dan dimulai dari tepi kiri. Judul subbab ini ditulis dengan huruf kapital dan kecil serta dicetak tebal.
sumber  : http://beebobie.blogspot.com/2010/10/perencanaan-karangan-ilmiah.html

Daftar pustaka (bibliografi) merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: thesis). Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.

Dalam menulis daftar pustaka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:



  • Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya).
  • Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
    Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih dahulu, baru nama depan)
    -Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
    -Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah judul buku diberi tanda titik (.).
    -Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik
    -Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka sumber dirilis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.
  • Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
    Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:
    • Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang memuat• URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses
    Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai berikut:
    Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online
    Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatanresminya), nomor, volume, halaman dan alamat website.*) Nama majalah online harus ditulis miring
    Artikel umum dari internet dengan nama

    Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) Judul artikel harus ditulis miring
    Artikel umum dari internet tanpa nama

    Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) “Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring

    Perhatikan contoh penulisan daftar pustaka

    Baradja, M.F. 1990. Kapita Selecta Pengajaran Bahasa. Malang: Penerbit IKIP Malang.
    Damono, Sapardi Joko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
    Hermans, B., 2000, Desperately Seeking: Helping Hands and Human Touch, [online], (http://www.hermans.org/agents2/ch3_1_2.htm, diakses tanggal 25 Juli 2008 )
    Referensi
    Hartati, Dwi. ___, Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id,diakses/ tanggal 17 September 2008)
    Sophia, S. 2002, Petunjuk Sitasi Serta Cantuman daftar Pustaka Bahan Pustaka Online, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
    Winarko, E. ____, Penulisan Sitasi pada Karya Ilmiah, [pdf], (http://ewinarko.staff.ugm.ac.id/metopen/modul6-daftarpustaka.pdf, diakses tanggal 17 September 2008 )




sumber  : http://bilikide.blogspot.com/2009/03/daftar-pustaka_8312.html

    KUTIPAN

    Kutipan, sebuah kata yang mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
    Tujuan:
    Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut. Dengan demikian kutipan memiliki fungsi sebagai:
    a. landasan teori
    b. penguat pendapat penulis
    c. penjelasan suatu uraian
    d. bahan bukti untuk menunjang pendapat itu
    Berdasarkan fungsi di atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
    1) penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
    2) penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
    3) kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
    4) jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
    5) penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
    6) perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan
    Fungsi Kutipan
    Kutipan memiliki fungsi tersendiri. Fungsi dari kutipan adalah sebagai berikut :
    1) Menunjukkan kualitas ilmih yang lebih tinggi.
    2) Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
    3) Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.
    4) Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
    5) Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
    6) Meningkatkan estetika penulisan.
    7) Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah yang  terkait dengan data pustaka.
    Jenis Kutipan
    a. Kutipan langsung:
    Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,tidak boleh ada perubahan.Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic! ),yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu.Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ].
    b. Kutipan tidak lansung ( Kutipan Isi )
    Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip.Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
    d. Kutipan pada catatan kaki
    e. Kutipan atas ucapan lisan
    f. Kutipan dalam kutipan
    g. Kutipan langsung pada materi


    sumber : http://lytasapi.wordpress.com/2010/06/05/pengertian-fungsi-dan-jenis-kutipan/

    PARAGRAF

    Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
    - Syarat sebuah paragraf
    Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
    1. Kalimat Pokok
    Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
    2. Kalimat Penjelas
    Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
    - Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
    A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
    B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar
    .


    sumber : http://organisasi.org/pengertian_paragraf_alinea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia

    DIKSI

     diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kat-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan
    Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
    Hal yang utama mengenai diksi adalah
    1.Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
    2.Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat pendengar.
    3.Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah baha


    1. Pengertian Diksi

    Dalam KBBI (2002 : 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.

    Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.

    Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

    2. Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi

    Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut keraf (2002 : 87) “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.

    Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini.

    a. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan

    b. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.

    c. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain

    d. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.

    e. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.

    f. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

    g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

    3. Kata dan Gagasan

    Dalam berkomunikasi , setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kataadalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat Bloomfield sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form)(chaer, 1994 : 162-163)

    Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf (2002:21)”Kata-kata ibarat”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapatdigunakannya:.

    Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Seringmkita sering tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.

    4. Pilihan Kata

    Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.

    Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya. Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Orang yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf (2002: 14) diksi :

    a. Mencakup pengertian kata-kata yang fipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata.

    Yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu;

    b. Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca; dan

    c. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.

    5. Makna Kata dan Jenisnya

    Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.

    Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respons akan muncul berdasarkan stimulusnya. Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan serangkaian kata yang mengusung amanat. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu yaitu : pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat unsur ini merupakan usaha untuk memahami makna. Untuk lebih kelasnya mari kita bahan satu persatu.

    a. Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku;

    b. Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraanya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara;

    c. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar pembacaanya; dan

    d. Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.

    Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.

    Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makn denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:208). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

    Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti : gajig-gaji, darah-dara, interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.

    Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.

    Berikut kata-kata denotasi dan konotasi:

    - Dia cantik seperti ibunya (denotatif)

    - Dia cantik bagaikan bunga (konotatif)

    - Beliau telah wafat tiga tahun yang lalu (denotatif)

    - Beliau tekah mangkat tiga tahun yang lalu (konotatif)

    - Kolam itu luasnya seratus meter persegi (denotatif)

    - Kolam itu luas sekali (konotstif)

    - Sebanyak seratus ribu orang yang menonton pertandingan sepakbola (denotatif)

    - Membeludak penonton yang ingin menyaksikan pertandingan sepak bola (konottif

    6. Kata Umum dan Kata Khusus

    Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencakup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.

    Contoh : Kata Umum Kata Khusus

    Miskin gelandangan, yatim piatu

    Melihat menjenguk, menengok, melayat

    Menatap, menoleh, mengamati

    Besar raya, akbar, agung

    Contoh :

    a. Saya ngin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FKIP Uninus

    Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum

    b. Orang tua kami anggota Korpri. (umum)

    Ibu saya seorang guru SD (khusus)

    7. Perubahan Makna Kata

    Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.

    Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman (waktu), melain juga disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah, yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.

    Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 240) mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahgia; 2. kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hk dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.

    8. Diksi dalam Kalimat

    Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersrbut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat; “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya”;”Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai”; Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif; Berdasarkan hasil penyidikan polisi, ditemukan fakta-fakta yang memperkuat dia menjadi tersangka. Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa dtukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehungga akan membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu. Contoh : Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meninggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat 1425H. Frase biasa dipakai dalam bewara kematian di surat kabar, seperti”…telah pulang ke rahmatullah kakek Jauhari….”. dari segi makna, kta islam dan muslim sering salah penggunaanya dalam kalimat. Kita pernah mendengar orang berkata, “Seelah menjadi Islam dia rajin bersedekah”. Seharusnya, “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Kalau mau menggunakan kata menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim. Contoh, “Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.

    sumber :http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=63

    KALIMAT EFEKTIF

    Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.
    Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni
    1. Ketepatan pilihan kata
    2. Ketepatan bentuk kata
    3. Ketepatan pola kalimat
    4. Ketepatan makna kalimat

    1. Kontaminasi atau kerancuan adalah kalimat yang kacau susunannya

    Contoh : berulang kali, diperlebarkan
    2. Pleonasme adalah penggunaan kata yang melebih-lebihkan
    Contoh : hujan turun membasahi bumi
    3. Tidak memiliki subjek
    Contoh : di sekolah kami mengadakan pentas seni
    4. Salah nalar / salah tanggapan
    Contoh : Bila musim hujan adik suka batuk
    5. Kesalahan bentuk kata (kata tidak baku)
    Contoh : Praktek = praktik, Apotik = Apotek, Lesung pipit = lesung pipi
    6. Kata depan yang tidak perlu
    Contoh : perkembangan dari pada teknologi informasi sangat pesat
    7. Pengaruh bahasa asing
    8. Pengaruh bahasa daerah

    Senin, 24 Oktober 2011

    EYD

    EYD

    A.      Penulisan Huruf
    1.       Huruf kapital atau huruf besar
    A.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
    Misalnya:
    Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
    Siapa yang datang tadi malam?
    Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
    B.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
    Misalnya:
    Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
    Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
    C.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
    Misalnya:
    Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,  Quran, Weda, Injil.
    Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
    Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
    D.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
    Misalnya:
    Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
    E.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
    Misalnya:
    Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
    Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
    Misalnya:
    Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
    Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
    Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.          
    F.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
    Misalnya:
    Albar Maulana
    Kemal Hayati
    Muhammad Rahyan
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
    Misalnya:
    mesin diesel
    10 watt
    2 ampere
    5 volt
    G.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
    Penulisan yang salah:
    Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
    …. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
    …. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
    Penulisan yang benar:
    Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
    …. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
    …. memakai bahasa Spanyol sebagai ….
    Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
    Misalnya:
            keinggris-inggrisan
            menjawakan bahasa Indonesia
    H.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
    Misalnya:
            tahun Saka
            bulan November
            hari Jumat
            hari Natal
            perang Dipenogoro
    Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
    Misalnya:
    Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
    Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.
    I.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
                                                        Misalnya:
    Salah
    Benar
    teluk Jakarta
    Teluk Jakarta
    gunung Semeru
    Gunung Semeru
    danau Toba
    Danau Toba
    selat  Sunda
    Selat Sunda

    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
    Misalnya:
            Jangan membuang sampah ke sungai.
            Mereka mendaki gunung yang tinggi.
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
    Misalnya:
            garam inggris
            gula jawa
            soto madura
    J.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
    lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
    Misalnya:
            Departemen Pendidikan Nasional RI
            Majelis Permusyawaratan Rakyat
            Undang-Undang Dasar 1945
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
    Perhatikan penulisan berikut.
            Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
            Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.
    K.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
                    Misalnya:
                            Perserikatan Bangsa-Bangsa.
                            Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
    L.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
                    Misalnya:
            Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
            Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
            Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
            Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
    M.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu,   Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
                    Misalnya:
            ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
            Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
            Surat Saudara sudah saya terima.
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
    Misalnya:
            Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
            Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
    N.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
    Misalnya:
            Dr.           : doktor
            M.M.       : magister manajemen
            Jend.      : jendral
            Sdr.         : saudara
    O.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
            Misalnya:
            Apakah kegemaran Anda?
            Usulan Anda telah kami terima.

    2.       Huruf Miring
    A.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
                            Misalnya:
            majalah Prisma
            tabloid Nova
            Surat kabar Kompas
    B.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
                            Misalnya:
            Huruf pertama kata Allah ialah a
            Dia bukan menipu, melainkan ditipu
           Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
    C.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
    Misalnya:
            Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
            Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.
    Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
                            Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)

    B.      Penulisan Kata
    1. Kata Dasar
                    Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
                            Misalnya:
    Kantor pos sangat ramai.
    Buku itu sudah saya baca.
    Adik naik sepeda baru
    (ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

    1. Kata Turunan
    A.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
                    Misalnya:
    berbagai                                ketetapan                              sentuhan
                                    gemetar                 mempertanyakan                                terhapus
    B.       Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
                    Misalnya:
                            diberi tahu, beri tahukan
                            bertanda tangan, tanda tangani
                            berlipat ganda, lipat gandakan
    C.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
                    Misalnya:
            memberitahukan
            ditandatangani
            melipatgandakan
    1. Bentuk Ulang
                    Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
    Misalnya:
            anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
    mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

    1. Gabungan Kata
    A.       Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
    Misalnya:
    duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
    B.           Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan   tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
            Misalnya:
    alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
    C.      Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
            Misalnya:
            acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.
    D.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
    Misalnya:
    adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
    mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
    prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
    Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
    ditulisakan tanda hubung (-).
    Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
    1. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
    Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
                
    aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
                    engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
    Misalnya:
            Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
            Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
    Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
            Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
            Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
    1. Kata Depan di, ke, dan dari
    Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
    Misalnya:
            Tinggalah bersama saya di sini.
            Di mana orang tuamu?
            Saya sudah makan di rumah teman.
            Ibuku sedang ke luar kota.
            Ia pantas tampil ke depan.
            Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
            Bram berasal dari  keluarga terpelajar.
    Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
            Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
            Kami percaya kepada Ada.
            Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.


    1. Kata Sandang si dan sang

    Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
    Misalnya:
    Salah
    Benar
    Sikecil
    si kecil
    Sipemalu
    si pemalu
    Sangdiktator
    sang diktator
    Sangkancil
    sang kancil
    1. Partikel
    A.       Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
    Misalnya:
            Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
            Siapakah tokoh yang menemukan radium?
    B.       Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
    Misalnya:
            Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
            Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
    Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
                    Catatan:
    Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
                    Misalnya:
            Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
            Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
            Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
            Walaupun hari hujan, ia datang juga.
    C.      Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
                Misalnya:
            Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
            Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

    C.      Pemakaian Tanda baca
    1. Tanda titik (.)
    A.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
            Misalnya:
            Ayahku tinggal di Aceh.
            Anak kecil itu menangis.
            Mereka sedang minum kopi.
            Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
    B.       Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
    Misalnya:
    III.  Departemen Dalam Negeri
    A.       Direktorat Jendral PMD
    B.       Direktorat Jendral Agraria
    1.    Subdit ….
    2.    Subdit ….

    I.         Isi Karangan                                                 1.      Isi Karangan
    A.       Uraian Umum                                       1.1    Uraian Umum
    B.       Ilustrasi                                                  1.2    Ilustrasi
    1.        Gambar                                        1.2.1 Gambar
    2.        Tabel                                            1.2.2 Tabel
    3.        Grafik                                            1.2.3 Grafik
    Catatan:
    Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
    C.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
    Misalnya:
            pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
            12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
    D.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
    Misalnya:
            Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
            Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
            Nomor gironya 5645678.
    E.       Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
    Misalnya:
    Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
    F.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
    Misalnya:
            Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
            Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
    G.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
    Misalnya:
            Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
            Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
    H.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
    Misalnya:
            Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
            Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
            Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
            Palembang 12241 (tanpa titik)
    Sumatera Selatan (tanpa titik)
    Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
    Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
    Semarang 17350 (tanpa titik)
    1. Tanda koma (,)
    A.       Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
    Misalnya:      
            Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
            Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
            Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
    B.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
                            Misalnya:
            Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
            Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
    C.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
                            Misalnya:
    Anak Kalimat
    Induk Kalimat
    Kalau hujan tidak reda
    saya tidak akan pergi
    Karena sakit,
    kakek tidak bisa hadir

    Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
    Misalnya:

    Induk Kalimat
    Anak Kalimat
    Saya tidak akan pergi
    kalau hujan tidak reda.
    Kakek tidak bisa hadir
    karena sakit.

    D.      Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
                    Misalnya:
            Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
            Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
    E.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
    Misalnya:
            O, begitu?
            Wah, bagus, ya?
            Aduh, sakitnya bukan main.
    F.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
                    Misalnya:
            Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
            ”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
    Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
    Misalnya:
                    Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
    Jakarta, 11 November 2004
    Bangkok, Thailand
    G.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
    Misalnya:
            Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
    H.      Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
    Misalnya:
            A. Yasser Samad, S.S.
            Zukri Karyadi, M.A.
    I.         Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
    Misalnya:
            Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
            Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
            Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
    Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
                    Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya   kepada panitia.
    J.        Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
    Misalnya:
    Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
            Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
    K.       Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
    Misalnya:
            ”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
            ”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.

    1. Tanda Titik Koma (;)
    A.       Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
    Misalnya:
    Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
    B.       Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
    Misalnya:
    Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
    C.      Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
    Misalnya:
    Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.